Penulis : Panji Gozali
FTJT (Festival Teater Jakarta Timur) sebagai program berjenjang dari FTJ (Festival Teater Jakarta) memunculkan 12 kelompok ke dalam fase penyisihan: Sun Community, Kelompok Sandiwara Mantaka, Rawamangun Concept, Mata Art Community, KRS Community, Teater EXTRO, Teater Tukang, Lab. Teko, Teater Al Kautsar, Teater Sarung, Komunitas 7 dan Sparepart Teater. Paska kurasi FTJT pada 23 dan 24 Juli 2022, apa serta merta pekerjaan yang dibawa pulang oleh para pelaku sudah usai atau malah mandek di tengah ruang kreatif? Gagasan menyoal estetika pemanggungan memang mestinya dikerjakan secara gigih, tapi juga tetap mengisi ruang-ruang yang kosong dan presisi nilai yang dibya.
Menimbang dan mengingat, Kalibrasi Ulang adalah sebuah upaya Ikatamur (Ikatan Teater Jakarta Timur) melalui FTJT untuk mengukur dan menimbang kembali sebagai kiat memunculkan gagasan-gagasan baru paska pandemi menyangkut kualitas tontonan. Syahdan, gagasan dalam pencapaian estetik dan universalitas artistik menjadi novelty dalam tolak ukur yang digunakan. Pentingnya mengisi ruang pertunjukan, sehingga interpretasi naskah menjadi sangat perlu dalam melihat representasi pengadeganan. Mengingat banyaknya naskah yang dimainkan dari luar kelompok, maka akan menjadi sangat perlu bila tafsir naskah yang dimainkan haruslah diperkaya dengan komparasi dan referensi lain sehingga menjadi kekuatan yang holistik menyoal kebudayaan. Utamanya, tetap menjaga visi dan misi sang pengarang. Meski juga perlu dicatat, tidak semua pengadaptasian naskah bermula pada misi dan berakhir pada visi sang pengarang naskah.
Keterkaitan tafsir naskah tentunya menyoal pengadeganan menyangkut estetika pada visualisasi artistik dan kekuatan verbal. Meski perlu juga dicatat celah-celah pada ruang pertunjukan yang dirasakan. Gagasan visual artistik haruslah memiliki benang merah antara aktor dan cerita dalam upayanya mengisi ruang pertunjukan. Penekanan Malhamang Zamzam dalam sesi diskusi, “Kadang-kadang kita masih suka menggeneralisir unsur-unsur dalam teater. Karena banyak hal, kita lupa bahwa setiap unsurnya punya kekuatannya masing-masing; suara, teks, tubuh dan lain-lain. Masing-masing punya kekuatan yang sama dan termasuk juga ruang gerak. Bagaimana mengekspresikan diri di panggung, tanpa menghilangkan keajaiban teater? Kekuatan-kekuatan tadi tidak boleh tumpang tindih sehingga dimainkan dengan baik. Sehingga tempat yang menjadi ruang, bisa menjadi ‘misteri’ yang mampu memikat penonton.”
FTJ di tahun 2022 ini memang menjadi ajang yang cukup penting bila mengingat dua tahun ke belakang adalah masa-masa pandemi Covid-19 dengan segala penantian dan kemungkinan. Nyatanya, FTJ yang serempak dilaksanakan di setiap wilayah Jakarta—khususnya Jakarta Timur—ini menjadi gambaran ekosistem teater yang nyata. Ditinjau dari segi sinergitas misalnya, seperti yang dikatakan oleh Rachman Sabur, “Adanya kesadaran peserta festival untuk menghadiri setiap pertunjukan adalah bagian yang mampu memunculkan iklim solidaritas dalam pendidikan teater. Datang, mempelajari dan mengamati setiap pertunjukan yang berjalan menjadi penting tidak hanya bagi peserta festival, tapi juga khalayak umum.” Catatan dari diskusi-diskusi dan catatan-catatan selama proses festival berlangsung tentunya diharapkan menjadi sebuah pengantar yang mampu membawa teater pada fitrah dalam upayanya menuju kebudayaan yang luhur.
Dewan Juri FTJT 2022; Zainal Abidin alias Diding Boneng (Ketua Juri), Rachman Sabur dan Malhamang Zamzam. Pemenang Nominasi FTJT 2022; Juara 1—Kelompok Sandiwara Mantaka; Juara 2—Sun Community; Juara 3—Rawamangun Concept; Juara Harapan 1—Teater Sarung; Juara Harapan 2—Komunitas 7; Sutradara—Remon Ghazaly (Kelompok Sandiwara Mantaka); Artistik—Komunitas 7; Musik—Sun Community; Aktor—Ajie Fadlie Sofiyan (Kelompok Sandiwara Mantaka); Aktris—Sahrotul Puwadah (Kelompok Sandiwara Mantaka); Naskah—Mawar Jingga karya Bambang Hidayat (Teater Al Kautsar); Aktor Pendukung—Muhammad Thoriq (Rawamangun Concept); Aktris Pendukung—Addis Nadira (Teater Sarung).
Festival Teater Jakarta Timur 2022, 12 s/d 18 September 2022
Di Gedung Pusat Pelatihan Seni Budaya Kisam Dji’un, Jakarta Timur
Pementasan Ke-1: Senin 12 September 2022, Pukul 20.00 WIB
Sparepart Teater, Sutradara Iyus Jayadibumi
Kereta Kencana karya Eugene Ionesco terjemahan W. S. Rendra
Kereta Kencana adalah kereta kuda para raja atau putera mahkota. Di dalam beberapa kerajaan diketahui bahwa apabila telah lahir seorang putera mahkota, maka akan dibuatkan sebuah Kereta Kencana untuknya yang akan selalu digunakan sampai saatnya mangkat. Les-Chaises (judul asli) berarti ‘kursi’, merupakan simbol kedudukan atau singgahsana. Sparepart Teater memberikan tafsir baru pada Kereta Kencana ini. Kereta Kencana adalah sebuah ‘kursi’ dan ‘kursi’ adalah Kereta Kencana. Kereta Kencana bukanlah kereta jenazah atau penjemput kematian, melainkan “Kereta Kuda Putera Mahkota” yang tak pernah ada. Di sini, sepasang orang tua yang selalu bergandengan dan bercinta, sementara siang dan malam berkejaran dua abad lamanya. Kekosongan hari-hari dilewati dengan hiburan yang menertawakan diri sendiri.
“Tersenyumlah sayang, senyum di saat seperti ini adalah kebudayaan.” Henry, seorang profesor yang dilupakan dan isterinya, hidup dua ratus tahun dan tak punya anak (tokoh kakek dalam Kereta Kencana) sementara tokoh Henry dalam Les-Chaises adalah penjaga apartemen yang berusia tidak lebih dari 70 tahun. Berdasarkan kedua indikasi usia ketokohan tersebut, Sparepart Teater memilih yang pertama. Sebab angka dua ratus tahun dalam Kereta Kencana adalah simbol dari perjalanan waktu yang panjang dan hampa.1
Idiom kereta kencana galibnya dibuat untuk putera mahkota dan tempat duduk merupakan sebuah kedudukan. Sparepart Teater memfokuskan pandangan pada hubungkan kereta kencana dengan sebuah arti kedudukan. Setelah abad kenabian, tak ada lagi manusia yang usianya sampai 200 tahun. Tetapi tontonan ini, memunculkan seorang kakek yang usianya 200 tahun dan nenek yang usianya 180 tahun. Meski kereta kencana dan tempat duduk diidentikkan dengan seorang anak laki-laki, nyatanya kereta kencana tak pernah sampai pada pasangan itu. Mereka hanya menanti, karunia seorang anak.2
Pementasan Ke-2: Selasa 13 September 2022, Pukul 13.00 WIB
Tukang Teater, Sutradara Syahdan Abo Hamzah
Semu Menunggu adaptasi Waiting for Godot karya Samuel Beckett
Semu Menunggu dari Waiting for Godot karya Samuel Beckett oleh Teater Tukang diadaptasi ke dalam idiom keindonesiaan, memainkannya dengan absurd dan karikatural. Mengingatkan kembali pada manusia tentang apa artinya menunggu. Layaknya umat manusia yang menunggu-nunggu datangnya hari kiamat, mereka terus menunggu sampai alurnya berputar kembali.3 Semu Menunggu, penantian kedatangan sesuatu yang ditunggu, yang tak kunjung datang, tapi tetap ditunggu.
Pementasan Ke-3: Selasa 13 September 2022, Pukul 20.00 WIB
Kelompok Sandiwara Mantaka, Sutradara Reza Ghazali
Badak-Badak karya Eugene Ionesco terjemahan Jim Lim
Pentas ini menghadirkan serbuan badak-badak secara tiba-tiba ke dalam kota dan menimbulkan permasalahan, bisa saja digambarkan sebagai manusia yang secara naluri nafsu seperti binatang. Sarat akan kritik pada zaman dan peradaban manusia yang semakin pesat berjalan. Di sini, manusia sebagai subyek dari simbol absurditas Ionesco.
Di sebuah kotamadya, Slamet dan temannya Arifin bertemu di sebuah kafe pinggir jalan untuk minum Minggu sore. Slamet yang berantakan, mengakui bahwa dia minum terlalu banyak karena sering merasa takut. Arifin, yang rapih dan tenang, mencoba membantu temannya. Tetapi pertemuan mereka terganggu oleh badak yang menggelegar di kota itu. Badak-badak baik dengan satu atau dua cula, belum jelas apakah badak itu jenis Asia atau Afrika. Kemudian seiring berjalannya waktu, lebih banyak badak muncul. Slamet menyadari bahwa badak adalah tetangga, rekan kerja dan teman-temannya sendiri. Beberapa penduduk Kota skeptis terhadap fenomena tersebut, sementara yang lain merasa bahwa mereka tidak punya pilihan selain bergabung dengan mereka. Saat Slamet menyaksikan dunianya telah jatuh ke dalam kekacauan epidemi dan penyerbuan, dia dihadapkan pada dilema moral identitasnya sendiri dalam menghadapi pembusukan masyarakat.4
Pertunjukan yang karikatural adalah corak yang coba dimunculkan oleh Kelompok Sandiwara Mantaka dalam tontonan ini.5 Kesadaran adalah kunci dari sikap yang mesti diambil manusia dalam proses kebudayaan. Begitu pun pada Badak-Badak, intrik dan kepentingan akan menjadi penentu arah dan tujuan manusia berdiri dalam hidup.
Pementasan Ke-4: Rabu 14 September 2022, Pukul 13.00 WIB
Komunitas 7, Sutradara Anto Tengger (Agus Priyanto)
HAH karya Putu Wijaya
Pertunjukan ini dimainkan dengan realis dan persoalan yang diangkat cukup dekat dengan masyarakat urban. Tentang keluarga yang kumuh di sebuah desa. Sang ibu mengajarkan anak-anaknya untuk mencopet, bahkan melacur. Keluhan dari warga pun semakin besar dan mencaci keluarga itu.
Warni adalah seorang isteri yang sering ditinggal suaminya di rumah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Ia menyuruh anak-anaknya untuk mencari uang dengan cara melacur. Hutang suaminya sangat banyak di mana-mana, hal ini membuat tetangganya marah dan membenci keluarga mereka.6
Eksporasi pengadegangan mengerucut pada teror mental sebagai sebuah konsep absurditas naskah HAH. Konsekuensinya adalah, bertaruh untuk memunculkan kemungkinan-kemungkinan lain dalam menginterpretasi naskah Putu Wijaya.7 Sebuah pertunjukan yang menonjolkan ‘nilai’, tapi juga membuat ngeh pada problema masyarakat kita.
Pementasan Ke-5: Rabu 14 September 2022, Pukul 20.00 WIB
Teater Extro, Sutradara Hidayatulloh
Proyek karya Singgih dan Adi
Cerita pada naskah ini merupakan salah satu potret kehidupan masyarakat masa kini, yang diproyeksikan pada pekerja proyek dengan rutinitas yang monoton. Nampak sebuah pengadeganan yang karikatural, tapi juga getir karena candaan yang dekat dengan masyarakat secara realis.8 Para pekerja semakin bingung, hanya pertanyaan-pertanyaan berulang yang keluar dari mulut para pekerja.
Fajar kembali setelah hilang sesaat, cahaya lembut membuat waktu mulai menampakan diri, ada embun menyapa, deru-deru mulai menyingkap telinga, sedangkan para pekerja hanya menunggu dan berharap saat-saat di mana kesejukan menjadi penenang kepenatan, mendaur ulang kegelisahan serta kegundahan, akan tetapi suasana yang diharapkan para pekerja itu mulai sirna dengan terusmenerusnya suara bising alat -alat proyek yang menjadi tanda bahwa memang pekerjaaan proyek masih terus berlanjut, salah satu pekerja memasuki area proyek dengan membawa kotak peti, acuh, berjalan melewati pekerja lainnya, seperti ada yang disembunyikan.9
Pementasan Ke-6: Kamis 15 September 2022, Pukul 13.00 WIB
Teater Sarung, Sutradara Kgs. M. Nazir
Embers karya Samuel Beckett
Produksi Teater Sarung yang ke-5 ini merupakan sandiwara radio yang ditulis dalam Bahasa Inggris pada tahun 1957. Lakon pendek ini diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Laksmi Notokusumo. Pertunjukan drama radio yang memberi ruang imajinasi menjadi nyata dalam wujud pertunjukan. Menceritakan tentang sebuah keluarga yang mendapat tekanan dari suasana Perang Dunia II.10
Ini adalah lanskap mental seorang lelaki tua yang pikirannya pergi, bersama dengan kemampuannya untuk membentuk seluruh kalimat. Sebaliknya, dia menggunakan potongan-potongan frase Beckettesque dan Pinteresque, diulang-ulang, terfragmentasi, diselingi oleh celah dan keheningan. Henry mula bercakap, satu kata, “terus”, diikuti oleh laut lagi, diikuti oleh suara yang lebih kuat dan lebih keras kali ini, mengulangi perkataan yang sama, seperti yang akan dikatakan, kemudian mengulangi sebagai perintah, kata-kata “berhenti” dan “turun”. Setiap kali, Henry dengan patuh namun enggan melakukan apa yang pertama kali dikatakan suaranya, lalu menyuruhnya melakukannya, dia berhenti dan duduk di atas sirap. Sepanjang permainan, laut bertindak seperti wataknya sendiri.11
Pementasan ke 7: Kamis 15 September 2022, Pukul 20.00 WIB
Lab. Teko, Sutradara Diah Nuraini
Aljabar karya Zak Sorga
Pentas ini dikaitkan dengan pendekatan matematis Aljabar dan kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang saling terhubung. Kehidupan layaknya puzzle yang akan tetap sama. Isolasi dari kekecewaan dan kemarahan sehingga memunculkan masalah psikologis. Di sini waktu berjalan dengan lambat dan terbatas, sehingga ketika kita melihat dunia luar, semuanya terasa lebih cepat dan manusia meresponnya dengan cara yang berbeda.12
“Kamu jabarkan duniaku, aku jabarkan duniamu. Kamu jabarkan kemanusiaanku, aku jabarkan kemanusiaanmu. Kamu jabarkan mataku, aku jabarkan matamu. Kamu jabarkan matahariku, bulanku, bintangku, pelangiku, aku jabarkan lukamu …” 13
Pementasan Ke-8: Jum’at 16 September 2022, Pukul 20.00 WIB
Mata Art Community, Sutradara Ria Winajayanti
Saat Lonceng Berbunyi karya Taufik Al Hakim
Tahukah anda, secara sadar atau tidak sadar sebelum seseorang menghadapi kematian pasti akan mengalami, berperilaku, merasakan ataupun mendengar tanda–tandanya? Pentas ini menghadirkan tontonan yang bersifat kejawaan dengan realis. Mahmud (55th), sedang menunggu kematian. Sejatinya, kematian adalah hal yang nyata. Layaknya para tahanan yang menunggu waktu untuk hukuman mati, tetapi untuk waktu hanya Tuhan yang tahu.14
Mahmud, lelaki berusia 55 tahun telah mengalaminya bahkan sampai mengganggu pikiran dan perasaannya. Isterinya yang bernama Hamidah selalu berusaha menenangkannya dengan kesetiaan dan kepatuhannya terhadap suami, meski rasa kekuatirannya tetap begitu besar. Kedatangan seorang petugas dengan maksud dan pembicaraannya yang misterius menekan lebih besar lagi gejolak pikiran dan perasaan Mahmud. Hingga harus membuka satu rahasia yang telah disembunyikan selama 13 tahun. Bahkan pernyataan seorang dokter yang tidak dipercayai akan kesehatannya. Semakin bergejolak pikirannya, perasaannya dan gemetar, karena Mahmud dalam keadaan siap mati sekarang. “Jadinya jam empat, waktu lonceng berbunyi!” Memang harus ada yang mati. Siapa? Maut?15
Pementasan Ke-9: Sabtu 17 September 2022, Pukul 13.00. WIB
KRS Community, Sutradara Johannes Ricky Wijaya
Heart of Almond Jelly karya Wishing Chong
Lakon Heart of Almond Jelly karya Wishing Chong ini diterjemahkan oleh Teguh Hary Prasetyo dan Yoko Nakamura, diselaraskan oleh Gunawan Maryanto. Tentang sepasang suami-isteri yang berpisah pada hari jadi mereka yang ke-7 setelah banyak alasan—pekerjaan dan hidup tanpa seks—utamanya latar belakang tokoh. Tokoh isteri (Ratna, yang sibuk bekerja), yang tadinya kaya lalu jatuh miskin karena ayahnya tukang judi, lantas ibunya pergi begitu saja. Sedangkan tokoh suami (Galih, lebih suka mengurus urusan rumah tangga), adalah seorang laki-laki yang feminim dan sulit mendapatkan pekerjaan. Nilai utama pada naskah ini ada pada persoalan gender menyangkut peranan sosial antara laki-laki dan perempuan.16
“Seks dan kasih sayang itu dua hal yang berbeda!” ujar Galih dan Ratna dalam sebuah perdebatan menyoal kasih dan sayang. Di malam yang lembab itu mereka merenungi kenapa mereka mesti berpisah, apakah karena Galih yang lebih suka mengurus urusan rumah tangga atau karena kebutuhan seks Ratna yang tidak terpenuhi?
Mereka mengulas kembali cerita-cerita yang telah dilalui bersama dan saling mengenal satu sama lain dan hal-hal yang tidak sempat mereka bicarakan serta hal-hal yang tidak mampu mereka sampaikan menjadi pokok pembicaraan di malam itu. Latar belakang kehidupan membentuk kepribadian Ratna dan Galih sehingga tidak juga menemukan solusi. Ratna memerlukan seks sementara Galih tidak mampu melakukannya.17
Pementasan Ke-10: Sabtu 17 September 2022, Pukul 20.00 WIB
Rawamangun Concept, Sutradara Fajrin Yuristian
Death and The Maiden karya Ariel Dorfman terjemahan Ari Nurtanto
Pentas ini dimainkan dengan struktur dramatik yang realis. Berkisah tentang trauma seorang aktivis perempuan pada kemiliteran Pinochet di Chili yang cenderung diktaktor. Poin utamanya, ada pada problem politik dan dampak psikologis manusia yang merepresentasikan bahwa Hak Asasi Manusia harus dituntaskan! Sarat akan kompleksitas psikologi tokoh-tokohnya, terdapat korelasi antara lakon-lakon dengan psikoanalisis Sigmund Freud—id (Paulina Escobar), ego (Dr. Miranda) dan Superego (Gerardo Escobar).18
Seorang perempuan mantan aktivis di masa pemimpin negaranya yang diktator, memiliki ingatan yang begitu kelam dan traumatis bagi dirinya. Bertahun-tahun menjalani hidup dengan ingatan penyiksaan, pemerkosaan dan pesakitan-pesakitan lainnya. Sampai suatu hari luka lama itu kembali menyeruak ketika seorang laki-laki datang ke rumahnya. Perempuan itu memang tak kenal rupanya, tapi ia mengenal suara lelaki itu, sampai ia menemukan sebuah kaset musik Death and The Maiden dari Schubert. Hari itu, semua menjadi begitu mencekam, antara pengakuan dan kebenaran masa lalu.19
Pementasan Ke-11: Minggu 18 September 2022, Pukul 13.00 WIB
Teater Al Kautsar, Sutradara Ayu Wardianingsih
Mawar Jingga karya Bambang Hidayat
Pentas ini tentang wanita bernama Mawar (Jingga Mawardi), wanita cantik yang pernah gagal menikah dan menikah lagi dengan seorang duda mapan. Pertemuan mereka dimulai dari aplikasi live streaming. Mawar Jingga adalah satu-satunya naskah yang paling bersinggungan dengan fenomena kekinian di Indonesia; live streaming, media sosial, antar paket, problem internal keluarga yang berdasar pada seks dan kebutuhan materi, interaksi sosial dan sebagainya. Sebagai sebuah catatan, naskah ini tidak menyuguhkan seksualitas, melainkan simbolisme ekspresif dari pengadeganan panggung.20
Dahlan, duda yang ditinggal mati oleh isteri pertamanya (Mawar Jingga Ningtyas) meninggalkan dua orang anak (laki-laki dan perempuan); anak yang pertama adalah anak angkat laki-laki bernama Adi sedangkan anak yang kedua adalah anak kandung perempuan bernama Farisa. Dahlan berbeda jauh secara usia—sekitar 20 tahun—dengan isteri keduanya (Jingga Mawardi). Empat tahun berjalan umur pernikahan mereka dan terjadilah kisruh rumah tangga.21
Pementasan Ke-12: Minggu 18 September 2022, Pukul 20.00 WIB
Sun Community, Sutradara Irfan Hakim
4.48 Psychosis karya Sarah Kane terjemahan Raymond Yesaya Patty
Menariknya dari catatan penulis yang mengalami skizofrenia dan bunuh diri di sebuah rumah sakit dengan tali sepatu adalah tontonan ini berisi trauma-trauma kehidupan penulis dan ketidaksadaran kolektif, berusaha berkomunikasi dengan suara dan simbol gerak. Secara psikis, membuka ruang untuk kesadaran koektif manusia pada shadow di balik topeng. Bahwa topeng selalu bisa manusia kendalikan, sedangkan shadow tidak. Metode pendekatan pentas ini dengan tubuh pembebasan diri—Dindon W. S., Teater Kubur—dengan insting humanis dan mengejar energi panggung aktor.22
Psychosis adalah penyakit mental yang menyebabkan pengidapnya mengalami gangguan persepsi akan realita. Gangguan psychosis ditandai dengan munculnya gejala halusinasi dan delusi. Gangguan yang terjadi mempengaruhi cara kerja otak dalam memproses informasi. Sehingga pengidapnya mengalami perubahan dalam cara berpikir dan berprilaku. Alam bawah sadar berisi perasaan yang selalu ditekan sampai ia meledak dan mempengaruhi kesadaran atau realita. Pertunjukan 4.48 Psychosis ini akan mencoba menginterpretasikan kegamangan antara halusinasi, delusi dan Realita (antara alam sadar dan alam bawah sadar) yang dialami pengidap psychosis sampai ia memutuskan untuk membunuh dirinya sendiri.23
Referensi
- Gozali, Panji. “Kalibrasi Ulang: Kurasi Festival Teater Jakarta Timur 2022.” https://gelaran.id/kalibrasi-ulang-kurasi-festival-teater-jakarta-timur-2022/ (akses 20 September 2022).
- Panitia FTJT 2022. Sinopsis Naskah FTJT 2022. Jakarta: Ikatamur, September 2022.
20 Panji