“Ingatan Dan Kemudian”
Perjuangan manusia melawan kekuasaan adalah perjuangan ingat melawan lupa, ungkap Milan Kundera, salah seorang novelis asal cekoslovakia atau sekarang lebih dikenal republik ceko. Hubungan ini berkaitan erat dengan apa yang sering kita sebut sebagai waktu, ruang dan peristiwa. Di dalam waktu dan ruang, selalu ada peristiwa, dan di dalam peristiwa, waktu dan ruang diubah menjadi ingatan.
Memory, History and Forgetting karya Paul Ricoeur yang diterjemahkan dan diterbitkan pertama kali pada tahun 2004 dalam bahasa Inggris untuk dibaca secara luas di dunia, merupakan karya monumental yang membahas hubungan yang tak ternilai antara tiga aspek yaitu waktu, sejarah dan ingatan dari zaman Yunani hingga abad ke-20. Ia menyimpulkan: Jika waktu (time) merupakan kronologi (kronos) yang disusun berdasarkan urutan periodik (jam, tanggal dan tahun) dan sejarah (history) merupakan patahan (rupture) yang terjadi dalam kronologi tersebut maka ingatan adalah proses menemukan unsur-unsur yang dieliminasi. Peristiwa ulang tahun, pernikahan, kematian, dan seterusnya yang terjadi dalam kronologi waktu, itulah yang disebut sebagai sejarah. Itulah mengapa kita selalu memiliki upacara peringatan seperti dua jenis Perang Dunia, hari gencatan senjata, hari kemerdekaan, pembantaian massal dalam Peringatan Holocaust dan seterusnya dan seterusnya.
Seperti yang kita ketahui, bahwa pada akhir 2019 ketika pertama kali Virus Corona muncul di wuhan cina, seluruh peradaban kita berubah. Kehidupan kita berjarak, ruang perjumpaan kita dibikin menjadi artefak sejarah, yang hanya bisa dipertemukan dengan meeting zoom, google meet dan layar handphone, serta sentuhan menjadi hal yang menakutkan bagi kita. Semua itu mengubah kita, mengubah cara kita melihat hidup, mengubah cara kita melihat manusia.
Pada tahun yang sama pula, seluruh hal itu kemudian mengubah sentuhan keterasingan menjadi hal-hal biasa yang kita hidupi sehari-hari, hingga seluruh aktivitas kita hadir dengan tawaran baru, bahwa kita mesti beradaptasi. Jika demikian, apakah ingatan-ingatan kita dapat selamat selepas virus itu hadir menjadi pandemi? atau dapatkah kenangan-kenangan kita bertukar tatap dengan apa yang akan kita sebut sebagai peristiwa bahagia atau menderita?
Di tahun 2021 kemarin, Festival Teater jakarta telah menawarkan konsep adaptasi, sebagai upaya menyodorkan semacam usaha untuk menerima situasi yang terjadi hari ini. Kemudian di tahun ini, Festival teater jakarta, hadir kembali untuk menyodorkan apa yang bisa disebut sebagai usaha untuk menguatkan diri dalam menghadapi situasi pasca pandemi, dengan tema, “Ingatan dan kemudian.”
penulis dan aktivis India Arundhati Roy, pandemi adalah portal, yang bisa dimaknai sebagai gerbang dari satu dunia ke dunia berikutnya dengan cakrawala kehidupan yang lebih baik. Situasi pasca pandemi bukan saja sebuah kerinduan kembali ke masa sebelum pandemi, namun justru peluang untuk menjalani kehidupan baru yang lebih baik daripada masa sebelum pandemi.
Perhelatan Festival Teater Jakarta 2022 yang akan berlangsung pada 1-9 November ini berusaha menyediakan momen reflektif, dimana pertentangan antara ingat melawan lupa, mengajak setiap penampil dan penonton untuk melihat kembali, berbagai peristiwa ingat dan lupa guna menghadapi masa depan yang jauh lebih baik, melalui setiap pertunjukan dalam rangkaian kegiatan Festival Teater Jakarta.